sumber gambar dari sini |
Sebagai guru pemula yang hanya
pernah mendapat pengalaman mengajar saat PPL saya sadar harus banyak belajar.
Apalagi penempatan pertama saya di daerah terpencil, tentu teori mengajar di
bangku kuliah sangat berbeda dengan yang akan saya hadapi di lapangan. Di
tambah lagi saya disambut dengan penerapan kurikulum baru.
Saya harus belajar banyak
mengenai Perangkat Administrasi Guru Kelas, kemudian managemen kelas, belum
lagi saya tentu saja harus tanggap dan berpikir cepat untuk menghadapi masalah
sehari-hari di kelas. Tak menutup kemungkinan bahwa akan ada teori-teori
belajar baru yang saya temui, yang tentunya tak saya dapatkan di bangku kuliah.
Sebagai contoh, ketika simulasi
untuk micro teaching saat kuliah terasa sangat mudah. Tentu saja karena yang
berperan sebagai murid adalah teman kampus yang sama sekali jauh dari kata
unyu, hehehe.
Namun di lapangan pembelajaran bisa
saja menemui kendala. Karena walaupun sudah berada di kelas tinggii ada siswa
yang belum bisa membaca, belum mengenal nilai tempat untuk bilangan, belum
paham penjumlahan ataupun perkalian.
Jika mengikuti arus tentu guru
akan memaksakan mengejar materi untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Namun
bagaimana dengan siswa yang belum bisa? Apakah akan berakhir dengan ketidakpedulian
kita? Disinilah saya paham bahwa tanggung jawab guru bukan hanya sebatas
memenuhi tuntutan kurikulum tapi memenuhi hak siswa untuk belajar. Kuncinya?
Kepedulian.
Saya pernah merasakan bagaimana
rasa bosan dan jenuh hampir membuat saya tak peduli. Tapi melihat mata yang
mengharap dari mereka membuat saya merapikan kembali niat. Teman saya yang
mengajar di Gili Air sering memposting foto dan kegiatan mengajarnya di
Facebook. Ia juga sering bercerita tentang seorang bule yang sedang holiday dan
numpang ngajar di sekolahnya. Kebetulan si bule juga seorang guru di Amerika.
Dari si guru Bule dia banyak mendapat suntikan semangat juga inspirasi. Saya
masih ingat komentarnya saat bercerita.
“Sebenarnya cara dia
ngajar sederhana win, hanya mungkin luput dari pikiran kita. Intinya dia care”.
Ya.. kepedulian, saya sering
berdoa semoga seiring waktu saya tetap memiliki kepedulian dan kecintaan pada
pekerjaan saya sehingga saya tak lantas menjadi guru ala kadarnya. Banyak yang
harus saya perbaiki, banyak yang harus dibenahi dan juga dipelajari… Saya ingin
mengatakan pada siswa saya,
“Anak-anak.. bu Guyu juga punya
banyak PR”
No comments:
Post a Comment